Oleh: OBAT TRADISIONAL INDONESIA | 20 Februari 2013

Jinten Hitam Meningkatkan Kekebalan Tubuh

jinten hitam-vertBIJI jinten hitam (nigella sativa lor) secara empirik sudah dipakai sebagai herbal bahan jamu untuk mengobati berbagai kelainan, antara lain sebagai imunomodulator, antivirus, antidiabetes mellitus, antikanker, antiasma dan antiepilepsi.

Kandungan timokuinon, nigelon dan asam lemak tak jenuh dalam biji jinten hitam merupakan kandungan yang diduga bersifat antioksidatif, kemopreventif dan imunomodulator.

Berdasarkan hasil penelitian baru-baru ini, ekstrak heksan biji jinten hitam (EHBJH) potensial untuk dikembangkan sebagai agen kemopreventif antikarsinogenesis melalui mekanisme antioksidan sitoprotektif dan imunomodulator.

Pasalnya efek ekstrak heksan biji jinten hitam dapat meningkatkan limfosit CD4, CD8, kadar IFNgamma dan hematoprotektor.

Sehingga jinten hitam potensial dikembangkan sebagai imunomodulator pada penderita imunodefisiensi, misalnya pada pasien terinfeksi HIV-AIDS yang mengalami penurunan jumlah sel CD4.

“Keberhasilan biji jinten meningkatkan jumlah sel CD4 dan CD8 serta berdampak pada populasi sel CD4CD25Treg memberikan harapan pada pasien-pasien HIV-AIDS yang menjalani terapi antiretroviral sebagai terapi ajuvan,” kata dosen farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dr Akrom Mkes dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Kedokteran UGM.

Bertindak selaku promotor Prof dr Marsetywan HNSE MSc PhD, ko-promotor Prof dr Sofia Mubarika MMedSc PhD dan Prof Dr Mustofa Apt MKes.

Meski baru skala penelitian laboratorium dengan tikus sebagai hewan uji, namun dapat diketahui manfaat pemberian ekstrak heksan biji jinten hitam. Zat timokuinon berefek kemopreventif antikarsinogenesis pada tikus, hingga mampu menurunkan 81- 97% tingkat kematian, menghambat kerusakan hepar dan ginjal serta meningkatkan jumlah lekosit dan hemoglobin.

“Ekstrak heksan biji jinten juga mampu menurunkan 45-50% insidensi pembentukan nodul dan menurunkan 70-90% pembentukan adenokarsinoma mamae tikus yang diinduksi,” katanya.

Di pasaran, produk jinten hitam begitu mudah ditemui. Produk yang dipergunakan kekebalan tubuh itu banyak dikemas secara modern dengan rupa yang mirip obat. Sayang belum banyak yang memberi penjelasan secara ilmiah mengenai manfaat produk herbal itu.

TERTANTANG dengan hadits Nabi Muhammad saw yang menyebutkan kandungan jinten hitam (Nigella sativa) adalah obat segala penyakit, Dr dr Akrom MKes pun melakukan penelitian.

Terlebih lagi, selama ini dalam keseharian, ia bersama keluarganya ini sudah terbiasa mengonsumsi jinten hitam yang berbentuk ekstrak saat terserang influenza. Penelitian itu dilakukannya untuk meraih gelar doktor farmakologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Hasil dari pe­nelitiannya itu ia menyim­pulkan ramuan herbal tersebut memang bermanfaat untuk penguatan sistem kekebalan tubuh, termasuk pada penderita HIV/AIDS.

”Selama ini, kalau anak-anak influenza, saya selalu memberi jinten hitam. Ya sembuh juga. Tetapi praktik semacam ini kan belum ilmiah. Makanya saya coba lewat pe­ne­litian yang lebih ilmiah,” ujar Dosen Fakultas Farmasi Universitas Ah­mad Dahlan (UAD) Yogyakarta itu.

Akrom memaparkan, jinten hitam mengandung zat-zat yang sangat bermanfaat, seperti antioksidan, mampu menumbuhkan sel baru, mengganti sel rusak sehingga menambah dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Ia mengujicobakan manfaat ekstrak jinten hitam pada ratusan tikus putih. Selama penelitian yang berlangsung 27 minggu, ia menghabiskan ribuan ekor tikus.

Dalam satu kali penelitian sebenarnya membutuhkan 250 tikus namun yang tersedia hanya 40-an, itu pun yang terpakai 30-an karena 10 lainnya tak layak.

”Ketersediaan tikus putih sebagai bahan penelitian menjadi kendala serius karena pembudi daya tikus putih juga tak mampu menyediakan dalam jumlah yang kami butuhkan,” ujar Akrom.

Penelitan ini memang baru diujicobakan pada tikus. Namun, Akrom mengaku banyak yang mengajak kerja sama untuk penelitian lanjut, untuk diujicobakan pada manusia. ”Ada yang menawari. Tapi saya pikir saya ingin memantapkan dulu lah,” katanya.

Uji Klinis

Akrom kini sedang berencana melakukan uji coba manafaat jinten hitam pada manusia. Ia sebenarnya telah meneliti hal yang sama pada 2006 bahkan jauh hari sebelumnya. Hanya saja waktu itu ia meneliti jinten jawa yang ternyata berbeda dengan jinten hitam (Nigella sativa lor) yang berasal dari sejumlah negara di Asia Tengah, Afrika dan Timur Tengah. Khasiat keduanya juga berbeda, jinten hitam dari negara-negara tersebut selama ini dipercaya lebih berkhasiat.

”Pembuat dan peramu jamu juga mengambil jinten hitam dari negara-negara itu. Jadi kita masih impor dan sudah berlangsung lama,” tutur Akrom.

Jinten hitam jenis ini sebenarnya dapat tumbuh di sini dan ada yang pernah melakukan uji tanam di Tawangmangu, Karanganyar. Sayangnya, meski tumbuh subur tapi tidak dapat berbuah. Ia menyebut kemungkinan gagal berbuah karena cuaca, tanah atau faktor lain. Harapannya akan ada penelitian untuk menanam jinten hitam jenis Nigella sativa lor supaya tak perlu jauh-jauh mencari ke Afrika atau Timur Tengah.

Sejak awal Akrom memang sangat berminat di bidang farmakologi. Namun sayang, saat hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, pria kelahiran Pati 6 Juli 1967 itu tidak diterima di Fakultas Farmasi UGM. ”Alasannya, mata saya buta parsial. Akhirnya saya diterima di Jurusan Kimia Fakultas MIPA,” tutur ia yang kini sebagai Ketua Pusat Informasi Obat UAD.

Menempuh di jurusan kimia, ternyata Akrom merasa sangat kesulitan menjalaninya. Dua tahun ia kuliah, akhirnya ada seorang teman yang kembali mengajaknya mendaftar UMPTN. ”Berat juga waktu itu, soalnya saya sudah dua tahun jalan. Wong saya ini anak petani dari Winong (Pati), untuk masuk yang sebelumnya saja sudah jual sawah. Tapi kok ternyata ketika saya ikut lagi dan pilih kedokteran malah diterima,” jelas alumni SMA 1 Pati.

Akhirnya, Akrom pun pindah di Kedokteran, dan memilih konsentrasi farmakologi untuk menuntaskan cita-citanya sejak SMA. Kiprahnya pada penelitian herbal dimulai ketika mengajar di UAD. ”Kebetulan farmasi di sini visinya ke herbal. Dari situ, akhirnya saya juga terkondisikan,” terangnya.

Penelitian-penelitian Akrom pun tidak jauh dari pengembangan herbal untuk meningkatkan sistem imun (kekebalan tubuh). Saat menempuh S2 ia menghasilkan penelitian penguatan sistem imun dari tanaman meniran (Phyllanthus niruri) untuk penderita malaria. Kemudian ia juga meneliti temulawak (Curcuma xanthorrhiza) untuk penderita diabetes melitus. Selain itu juga pegagan (Cantella asiatica) untuk penyakit kardiovaskuler seperti jantung, hipertensi, dan stroke.

Selain mengajar, bapak lima anak ini juga aktif berorganisasi. Akrom menjadi Wakil Ketua II Ikatan Ahli Farmakologi DIY, Ketua Islamic Medical Asociation and Network of Indonesia (Imani) DIY, dan pengurus Perhimpunan Herbalis. (Agung PW, Sony Wibisono-77)

Sumber : Suara Merdeka

Untuk membeli kapsul Jinten Hitam atau Habbatus Sauda dan berbagai jenis kapsul herbal lainnya, silakan Klik di Sini

 

Silakan kunjungi blog saya yang lain http://kalungkesehatanjenitri.blogspot.co.id


Tinggalkan komentar

Kategori